Jumat, 03 April 2009

ANALISIS WACANA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebagai salah satu komponen bahasa, semantik pernah kurang diperhatikan orang karena objek studinya, yaitu makna atau dengan lebih tepat makna yang terdapat dalam satuan-satuan ujaran seperti kata frase, klausa, dan kalimat dianggap sangat sukar ditelusuri dan dianalisis strukturnya. Makna sangat bersifat arbitrer, berbeda dengan morfem atau kata, sebagai sasaran dalam studi morfologi, yang strukturnya tampak jelas dan dapat disegmen-segmenkan.

Namun dewasa ini, keadaan itu sudah berbalik. Kini semantik dianggap sebagi komponen bahasa yang tidak dapat dilepaskan dalam pembicaraan linguistik. Tanpa membicarakan makna pembahasan linguistik belum dianggap lengkap karena sesungguhnya tindakan berbahasa itu tidak lain daripada upaya untuk menyampaikan makna-makna itu. Ujaran-ujaran yang tidak bermakna tidak ada artinya sama sekali.

Sesungguhnya persoalan makna memang sangat sulit dan ruwet karena makna ini adalah persoalan bahasa, tetapi keterkaitan dan keterikatannya dengan segala segi kehidupan manusia sangat erat. Padahal segi-segi kehidupan manusia itu sendiri sangat kompleks dan luas. Karena itu sampai saat ini belum ada yang dapat mendeskripsikannya secara tuntas.

Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa Indonesia, seringkali kita temui adanya jenis makna atau tipe makna dan hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya lagi.

Berdasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan antara makna leksikal dan makna gramatikal, makna referensial dan makna nonreferensial, makna denotatif dan makna konotatif, makna kata dan makna istilah, makna umum dan makna khusus, makna asosiatif, makna kolokatif, makna reflektif, makna idiomatik dan sebagainya. Semantara itu di dalam hubungan kemaknaan atau relasi kemaknaan menyangkut hal sinonim, antonim, polisemi, ambiguitas, hipinimi, homonimi, redudansi, dan sebagainya.

1.2 Perumusan Masalah

Masalah yang dirumuskan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

(1) Apakah yang dimaksud dengan makna istilah, sinonim, dan antonim?,

(2) Kata apa saja yang termasuk makna istilah pada wacana “Pertambahan Penduduk dan Lingkungan Pemukiman”?,

(3) Kata apa saja yang mempunyai sinonim pada wacana “Pertambahan Penduduk dan Lingkungan Pemukiman”?,

(4) Kata apa saja yang mempunyai antonim pada wacana “Pertambahan Penduduk dan Lingkungan Pemukiman”?.

1.3 Pembatasan Masalah

Agar terarah, makalah ini dibatasi pada:

(1) Pengertian makna istilah, sinonim, dan antonim,

(2) Analisis makna istilah, sinonim, dan antonim yang terdapat pada wacana “Pertambahan Penduduk dan Lingkungan Pemukiman”.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Mengetahui pengertian makna istilah, sinonim, dan antonim,

(2) Mengetahui makna istilah kata yang terdapat pada wacana “Pertambahan Penduduk dan Lingkungan Pemukiman”,

(3) Mengetahui sinonim kata yang terdapat pada wacana “Pertambahan Penduduk dan Lingkungan Pemukiman”,

(4) Mengetahui antonim kata yang terdapat pada wacana “Pertambahan Penduduk dan Lingkungan Pemukiman”.

1.5 Metode Penelitian

Metode yang digunakan penulis dalam pembuatan makalah penelitian ini adalah metode literature, yaitu penulis tidak langsung mensurvei ke lokasi atau tempat yang dijadikan obyek sebagai bahan materi makalah, melainkan penulis mengumpulkan dan mempelajari banyak bahan dari buku-buku dan media elektronik (internet) untuk dijadikan bahan materi dalam pembuatan makalah penelitian ini.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Makna Istilah

Makna adalah pertalian antara bentuk dan referen (acuan). Seseorang yang mengerti bentuk (kata), tetapi tidak mengetahui bentuk referennya bererti dia tidak mengetahui makna kata tersebut.

Istilah ialah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Istilah mempunyai makna yang tetap dan pasti.

Makna istilah adalah makna dari kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam situasi khusus atau bidang tertentu. Makna kata sebagai istilah dalam bidang tertentu dibuat setepat mungkin untuk menghindari kesalahpahaman dalam bidang ilmu atau kegiatan tertentu. Misalnya kata kaki dan tungkai dalam bidang kedokteran digunakan untuk istilah yang berbeda. Kaki adalah bagian dari mata kaki sampai ujung jari, sedangkan tungkai adalah bagian dari mata kaki sampai pangkal paha.

Istilah yang biasa dipakai dalam percakapan umum atau istilah yang sudah menjadi unsur leksikal bahasa umum, disebut istilah umum. Contoh istilah yang sudah menjadi bahasa umum, antara lain akomodasi, deposito, giro, pakar, canggih, dan sebagainya.

2.2 Sinonim

Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti ‘nama’, dan syn yang berarti ‘dengan’. Maka secara harfiah kata sinonim berarti ‘nama lain untuk benda atau hal yang sama’. Secara semantik Verhaar (1978) mendefinisikan sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain. Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sinonim adalah hubungan antara satu kata dan kata yang lainnya yang dianggap memiliki kesamaan makna.

Berikut ini adalah contoh-contoh sinonim kata dengan kata, kata dengan frase, frase dengan frase, dan kalimat dengan kalimat:

a. Kata dengan kata

Contoh:

· Adik ingin bertemu dengan kakaknya.

· Adik ingin berjumpa dengan kakaknya.

b. Kata dengan frase

Contoh:

· Pak Anwar meninggal dunia kemarin.

· Pak Anwar wafat kemarin.

c. Frase dengan frase

Contoh:

· Kapankah Nenek Ijah itu meninggal dunia ?

· Kapankah Nenek Ijah itu berpulang ke pangkuan Illahi ?

d. Kalimat dengan kalimat

Contoh:

· Penjahat itu selalu dikejar-kejar polisi.

· Polisi selalu mengejar-ngejar penjahat itu.

2.3 Antonim

Kata antonim berasal dari kata Yunani kuno, yaitu onoma yang artinya ‘nama’, dan anti yang berarti ‘melawan’. Maka secara harfiah antonim berarti ‘nama lain untuk benda lain pula’. Secara semantik, Verhaar (1978) mendefinisikan sebagai ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi dapat pula dalam bentuk frase atau kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain. Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa antonim adalah hubungan antara satu kata dan kata lain yang dianggap berlawanan.

Berikut ini adalah contoh-contoh antonim kata dengan kata, frase dengan frase, dan kalimat dengan kalimat:

a. Kata dengan kata

Contoh:

· Kakinya panjang sekali.

· Kakinya pendek sekali..

b. Frase dengan frase

Contoh:

· Orang tua itu membanting tulang setiap hari.

· Orang tua itu bertopang dagu setiap hari.

c. Kalimat dengan kalimat

Contoh:

· Orang yang kaya membeli gedung.

· Orang yang miskin menjual gubug.

BAB III

ANALISIS WACANA “PERTAMBAHAN PENDUDUK

DAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN”

3.1 Deskripsi Data

PERTAMBAHAN PENDUDUK

DAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN

Dari segi lingkungan, masalah pemukiman adalah masalah penduduk. Dalam demografi dikatakan, ketika manusia berjumlah terbatas dan hidup serba sahaja, maka cara hidup dan bermukim manusia diserasikan dengan lingkungan alam. Waktu itu, kita tidak mengenal masalah lingkungan hidup. Akan tetapi manusia bertambah secara akumulatif dan akal pikirannya terus berkembang sehingga cara hidup dan bermukim tidak lagi diserasikan dengan lingkungan alam. Malahan sebaliknya, lingkungan yang diubah untuk dicocokan dengan cara hidup dan bermukim manusia. Ruang dan tanah dirombak untuk menampung berbagai bentuk perumahan dengan fasilitas pelayanan hidup yang bermacam-macam, seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, hiburan atau pasar, yang harus ditunjang oleh prasarana jalan, transportasi, listrik, air minum, saluran sampah, dan sebagainya.

Sebagai suatu rangkaian, jumlah penduduk Indonesia terus bertambah, pemukimannya terus berkembang, dan pengaruhnya kepada lingkungan hidup semakin besar pula.

Peledakan penduduk menyebabkan pula membesarnya laju urbanisasi, sehingga tak ada satu kota pun yang mampu menampung arus penghuni baru yang datang dari daerah pedesaan.

Karena kota tidak sanggup menampung tenaga yang antusias datang akibatnya pengangguran di kota makin lama makin membengkak. Daerah pemukiman bertambah luas, sampah berserakan di mana-mana, persediaan air yang sehat tidak dapat memenuhi kebutuhan dan akibatnya wabah penyakit menyerang masyarakat.

Proyek seperti perumahan dibangun, pasar diperbaiki, pedagang kaki lima dilokalisasikan, jalan-jalan diperbesar dan diperbaiki, akan tetapi bersamaan dengan pembangunan tersebut timbul problem lain, masalah harga tanah yang terus-menerus meningkat menimbulkan spekulasi dan masalah aplikasi serta implementasi perumahan bagi golongan yang kurang mampu.

Dalam rangka mempelajari mekanisme pertumbuhan penduduk, akan keluar berbagai macam pertanyaan seperti berapa banyak pertambahan penduduk, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pertambahan tersebut, berapa banyak penduduk yang bisa didukung oleh daerah tertentu, dan sebagainya.

Bagi mereka yang langsung menangani masalah pertambahan penduduk, harus menjawab pertanyaan bagaimana pengaruh hubungan antara pertambahan penduduk dengan lingkungannya supaya manusia bisa memelihara dirinya sendiri-sendiri atau kelompok dalam lahan yang sudah tertentu. Hubungan antara penduduk dengan lingkungannya atau dengan kehidupan sekelilingnya disebut masalah keseimbangan.

Pertumbuhan penduduk di kota-kota di Indonesia memang tidak merata. Walau bagaimanapun, kota-kota besar dengan tingkat fasilitas dan pelayanan yang lengkap merupakan daya tarik aliran penduduk desa ke kota sehingga ditambah dengan perkembangan penduduk kota itu sendiri mencapai persentase kenaikan yang relatif tinggi. Jakarta dan Surabaya 4,4% per tahun (di Pulau Jawa), Teluk Betung 4,1% per tahun, dan Pontianak 3,8% per tahun (di luar Pulau Jawa). Kota-kota lainnya perkembangan penduduknya antara 1,0-3,0% per tahun.

Di beberapa kota besar di Indonesia terasa sekali loncatan jumlah penduduknya yang meningkat, terutama setelah masa Perang dunia II sehingga menimbulkan banyak masalah lingkungan hidup.

Dari seluruh jumlah penduduk ditaksir ada lebih kurang 18-20% tinggal di dalam kota kecil, sedang, maupun besar. Jadi, lebih kurang ada 25-28 juta jiwa merupakan penduduk kota. Berhubung dengan tersedianya kelengkapan fasilitas dan pelayanan yang relatif lebih baik dalam kota daripada di desa maka terdapat kecenderungan meningkatnya proses urbanisasi di banyak kota. Karena itu terdapat istilah ketidakseimbangan pengembangan lingkungan hidup antara kota dan desa. Termasuk tentunya mengalirnya penduduk desa ke kota. Padahal kota sebetulnya perlu mencerminkan sebagai suatu pusat pertumbuhan yang dapat melayani perkembangan fungsional daerah-daerah di sekelilingnya tanpa benar-benar menyerap sumber daya manusia.

KOMPAS, 23 Agustus 2007

3.2 Analisis Makna Istilah

No.

Istilah

Makna

1.

pemukiman

tempat untuk bertempat tinggal, tempat untuk menetap

2.

urbanisasi

perpindahan penduduk secara berduyun-duyun dari desa ke kota

3.

prasarana

segala yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses usaha, pembangunan, proyek, dsb

4.

pengangguran

keadaan orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan

5.

wabah

penyakit menular yang berjangkit dengan cepat, menyerang sejumlah besar orang dalam daerah luas

6.

dilokalisasikan

dipindahkan, dibatasi pada suatu tempat atau lingkungan

7.

aplikasi

penerapan, penambahan

8.

perumahan

kumpulan beberapa rumah, rumah-rumah tempat tinggal

9.

fasilitas

segala hal yang dapat memudahkan perkara dengan segala kemudahan

10.

lingkungan

daerah yang termasuk di dalamnya

11.

proyek

rencana pekerjaan dengan sasaran khusus dengan saat penyelesaian yang tegas

12.

pembangunan

proses, perbuatan cara membangun

13.

spekulasi

pendapat atau dugaan yang tidak berdasarkan sesuatu kenyataan

14.

mekanisme

cara kerja suatu organisasi hal yang saling bekerja

15.

faktor

hal atau keadaan yang menyebabkan ikut mempengaruhi terjadinya sesuatu

16.

persentase

bagian dari keutuhan yang dinyatakan dengan persen, bagian yang diperkirakan

17.

relatif

Tidak mutlak; nisbi

18.

proses

1. runtutan perubahan peristiwa dalam perkembangan sesuatu, 2. rangkaian tindakan, perbuatan, atau pengolahan yang menghasilkan suatu produk

19.

fungsional

dilihat dari segi fungsi

20.

antusias

bersemangat, bergairah

21.

akumulatif

pertambahan jumlah terus-menerus

22.

demografi

ilmu kependudukan (susunan, pertumbuhan, dan perkembangannya)

23.

transportasi

angkutan, pengangkutan

24.

problem

persoalan, masalah

25.

implementasi

pelaksanaan, penerapan

3.3 Analisis Sinonim

No.

Kata

Sinonim

1.

masalah

soal, hal, perkara, problem

2.

penduduk

penghuni, populasi

3.

manusia

makhluk berakal, insan, orang

4.

terbatas

sedikit, tidak luas, tidak leluasa, tertentu

5.

hidup

hayat, bergerak, bernafas, berjalan

6.

serba

segala, semuanya

7.

cara

jalan, metode, teknik, gaya, sistem

8.

alam

daerah, lingkungan, tempat, kawasan

9.

waktu

saat, ketika, tempo

10.

kita

kami, beta

11.

akan

bakal, hendak

12.

tetapi

namun, toh

13.

bertambah

menjadi banyak

14.

banyak

tidak sedikit

15.

akal

otak, rasio, pikiran, ingatan

16.

ruang

sela-sela, rongga, tempat, kelas

17.

tanah

permukaan bumi, daratan, daerah

18.

dirombak

dibongkar, dirusak, diruntuhkan,

19.

bentuk

bangun, rupa, wujud

20.

hiburan

tontonan, pertunjukan, rekreasi

21.

pasar

tempat jual beli

22.

jalan

gang, lorong

23.

sampah

kotoran, buangan, tak berharga

24.

rangkaian

susunan, rentetan

25.

jumlah

total, banyaknya, besarnya

26.

besar

tidak kecil, akbar, luhur

27.

laju

cepat, kencang, derap

28.

mampu

sanggup, bisa, dapat

29.

baru

belum lama, masih segar

30.

datang

tiba, sampai

31.

daerah

kawasan, area, zona

32.

tenaga

kekuatan, daya, energi

33.

lama

lambat, lamban

34.

luas

lapang, lebar

35.

sehat

sembuh, waras, baik, pulih, normal

36.

timbul

muncul, terbit, tampak, menyembul

37.

harga

nilai, guna, harkat, manfaat

38.

golongan

kelompok, jenis

39.

kurang

susut, minim, sedikit

40.

rangka

rancangan, skema, bagan, kerangka

41.

macam

jenis, rupa, ragam, corak, model

42.

bisa

dapat, boleh, mampu

43.

didukung

dibantu, disokong

44.

merata

tesebar, tersiar

45.

lengkap

komplit, sempurna

46.

tinggi

panjang, lanjut, luhur, mulia, agung

47.

sendiri

pribadi, tanpa orang lain

48.

tahun

warsa, musim

49.

masa

waktu, tempo, abad, zaman

50.

jiwa

nyawa, roh, batin

51.

pusat

sentral, sentrum, pokok, titik tengah

52.

sumber

dasar, mula, asal

53.

tanpa

tidak dengan, dengan tiada

54.

perang

pertempuran, perkelahian

55.

perlu

harus, penting, membutuhkan

3.4 Analisis Antonim

No.

Kata

Antonim

1.

manusia

hewan, binatang

2.

hidup

mati

3.

sahaja

mewah

4.

banyak

sedikit

5.

besar

kecil

6.

kota

desa

7.

datang

pergi

8.

lama

cepat, singkat, sebentar

9.

luas

sempit

10.

sehat

sakit,

11.

timbul

tenggelam

12.

kurang

lebih

13.

keluar

masuk

14.

tarik

ulur

15.

tinggi

rendah

16.

baik

buruk, jahat

17.

baru

kuno, lama

18.

setelah

sebelum

19.

ditambah

dikurangi

20.

di luar

di dalam

21.

meningkat

menurun

22.

bertambah

berkurang

23.

membesarnya

mengecilnya

24.

membengkak

menyusut, mengempis

25.

dibangun

dirusak

26.

kehidupan

kematian

27.

keseimbangan

ketidakseimbangan

28.

diubah

ditetapkan

29.

mengenal

tidak mengetahui

30.

terbatas

tidak tentu, banyak

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Makna adalah pertalian antara bentuk dan referen (acuan). Istilah ialah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.

Makna istilah adalah makna dari kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam situasi khusus atau bidang tertentu. Makna kata sebagai istilah dalam bidang tertentu dibuat setepat mungkin untuk menghindari kesalahpahaman dalam bidang ilmu atau kegiatan tertentu.

Sinonim adalah hubungan antara satu kata dan kata yang lainnya yang dianggap memiliki kesamaan makna. Sinonim kata bisa berupa: kata dengan kata, kata dengan frase, frase dengan frase, dan kalimat dengan kalimat.

Antonim adalah hubungan antara satu kata dan kata lain yang dianggap berlawanan. Antonim kata bisa berupa: kata dengan kata, frase dengan frase, dan kalimat dengan kalimat.

Di dalam analisis wacana “Pertambahan Penduduk dan Lingkungan Pemukiman” ditemukan banyak makna istilah, sinonim, dan antonim dari suatu kata.

4.2 Saran

Dalam mencari sinonim sebuah kata, pembaca perlu memperhatikan bahwa banyak kata dalam bahasa Indonesia yang bermakna “sebenarnya” tidak mempunyai sinonim, sedangkan kata itu dengan makna kiasan justru mempunyai sinonim, misalnya kata hitam tidak bersinonim dengan kata yang “sebenarnya”, melainkan dengan kata kiasan seperti gelap, buruk, mesum.

Untuk membantu kita dalam mengembangkan kekayaan kata, mencari ungkapan-ungkapan yang tepat untuk konsep-konsep tertentu, memilih nuansa makna yang cocok untuk konteks-konteks tertentu, dan membuat karangan yang baik, dengan menghindarkan pengulangan-pengulangan kata dan menyusun variasi dalam komposisi, kita bisa mempergunakan Kamus Sinonim Bahasa Indonesia.

Bagi seorang wartawan, reporter atau orang-orang yang berkecimpung dalam dunia persuratkabaran dan pemberitaan sangat perlu mempelajari studi semantik. Karena dengan mempelajari atau memperdalam studi semantik, mereka akan memperoleh manfaat praktis dari pengetahuan mengenai semantik. Pengetahuan semantik akan memudahkannya dalam memilih dan menggunakan kata dengan makna yang tepat dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat umum. Tanpa pengetahuan akan konsep-konsep polisemi, homonim, denotasi, konotasi, dan nuansa-nuansa makna tentu akan sulit bagi mereka untuk dapat menyampaikan informasi secara tepat dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Yandianto, Herman. 2000. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung: M2S.

Kridalaksana, Harimurti. 2000. Kamus Sinonim Bahasa Indonesia. Jakarta:Nusa Indah.

Chaer, Abdul. 1994. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurdin, Ade. 2000. Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

Tarigan, Henri Guntur. 1986. Pengajaran Kosakata. Bandung: Angkasa.

Djajasudarma, Fatimah. Semantik 1 Pengantar Ke Arah Ilmu Makna. Bandung: Eresco.

Setiawan, Budi. 2008. Pertambahan Penduduk dan Lingkungan Pemukiman. Kompas: 27 Agustus 2007.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Republik Indonesia.2007. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung: Yrama Widya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar